Probolinggo – Sejak dua pekan terakhir, harga cabai di pasar tradisional Kota Probolinggo mencapai Rp 70 ribu per kilogram. Meroketnya harga cabai rawit karena banyak cabai rusak sehingga para petani gagal panen.
Tanaman cabai rawit rusak karena kemara berkepanjangan berimbas ke tanaman yang mudah terserang virus thrips. Hal ini membuat petani memasang harga Rp 55 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram.
Petani cabai asal Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo bernama Suprayitno Busri mengatakan, dampak kemarau berkepanjangan membuat tanamannya mudah diserang virus thrips tabaci dan virus gemini.
Busri mengatakan virus ini biasanya menyerang daun muda tanaman cabai sehingga tidak mengembang dan menjadi kuning. Terlebih lagi kemarau berkepanjangan kali ini membuat sawah sulit terairi karena sumber air banyak yang mengering, Sabtu (28/10/2023).
Gagal panen, menurut Busri, membuat stok cabai di pasaran makin hari makin menipis. Tak ayal harga cabai meroket tinggi, di mana biasanya dari petani dijual Rp 55 ribu-Rp 60 ribu per kilogram, dan harga di pasaran biasanya dijual lebih tinggi.
Busri mengungkapkan memang setiap stoknya menipis harganya terus meroket, dan ini sudah sekitar dua minggu belakangan. Kalau sudah musim kemarau panjang seperti sekarang, kualitas cabai tidak sebagus biasanya.
Sementara salah satu pedagang bahan pokok di Pasar Semampir, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Muhammad Rizal membenarkan harga cabai rawit meroket dalam beberapa pekan terakhir.
Rizal mengatakan stok tidak melimpah seperti biasanya, dan kualitas cabai tidak bagus sekarang. Untuk harganya sekarang ada yang menjual Rp 70 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram. Permasalahannya memang kemarau dan gagal panen.(Rq/detikcom)