Ponorogo – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo menggelar talkshow dengan tema “Jangan Bilang Peduli DBD Jika Belum Melakukan PSN” dengan Radio Songgolangit. Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya demam berdarah dan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk.
Katimja P2P Dinkes Ponorogo, Triyana Wahyudianto, menjadi narasumber utama dalam acara tersebut. Triyana menjelaskan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai upaya pencegahan penyebaran demam berdarah.
“Kami dari Dinkes sudah menghimbau dari awal musim hujan kemarin berupa surat kewaspadaan dini DBD, yang kita berikan ke semua Puskesmas dan juga Kecamatan, yang nantinya akan turun sampai ke masyarakat, harapan kami bisa mencegah dalam peningkatan jumlah DBD,” ujar Triyana, dalam acara Talkshow dengan Radio Songgolangit Senin, (3/2/2025).
Dalam talkshow tersebut Triyana menjelaskan, mencegah dan memberantas sarang nyamuk merupakan langkah penting dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah. Menurut Triyana ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti menguras bak mandi, menghilangkan genangan air, dan menggunakan obat nyamuk.
“Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan cara 3M+, Menguras, Menutup, Mendaur ulang dan untuk plusnya kita bisa menanam tanaman yang dibenci nyamuk salah satunya yaitu lidah mertua,” ucap Triyana.
Triyana menambahkan, “Dengan menanam tanaman ini selain bisa memperindah rumah kita, itu juga bisa untuk mengusir nyamuk,” tambah Triyana.
Menurut Triyana, Dinkes Ponorogo meluncurkan program “Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik” (GIRIJ) sebagai upaya pengendalian DBD. Program ini mengajak masyarakat untuk menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah masing-masing, sehingga dapat membantu mengendalikan populasi nyamuk Aedes yang merupakan faktor penularan DBD.
“Harapannya dengan adanya program GIRIJ ini sarang nyamuk dan tempat perkembangan nyamuk akan bisa terkendali dengan baik, jadi tugasnya mencari atau menghilangkan tempat-tempat yang mungkin dipakai untuk berkembang biak dan juga sarang nyamuk,” ungkap Triyana.
Selain meluncurkan program GIRIJ, Dinkes Ponorogo juga telah berkoordinasi dengan seluruh Puskesmas dan Kecamatan di Ponorogo untuk memudahkan akses masyarakat dalam pengendalian DBD. Bagi masyarakat yang ingin mengambil obat Abate, dapat langsung menghubungi Puskesmas atau petugas kesehatan desa terdekat.
“Untuk masyarakat Ponorogo mendapatkan obat Abate secara gratis, silahkan minta ke Puskesmas atau ke petugas kesehatan Desa,” Triyana menambahkan, “bubuk atau obat Abate ini gratis, jadi jika masyarakat menemukan ada orang keliling mengatasnamakan petugas dari Dinkes mohon untuk tidak diterima dan segera melaporkan ke RT/RW ataupun pihak Desa,” tambahnya.
Triyana mengungkapkan bahwa pencegahan DBD tidak hanya dapat dilakukan secara tradisional, namun sekarang ini sudah ada vaksin untuk DBD.
Namun, sayangnya vaksin tersebut belum tersedia untuk wilayah Ponorogo. Menurut Triyana, vaksin DBD dari Kemenkes RI telah tersedia, namun belum dapat dinikmati oleh masyarakat Ponorogo karena pengalokasian anggaran dari Kemenkes untuk pengadaan vaksin tersebut belum mencapai daerah Ponorogo.
“Saat ini vaksin dari Kemenkes itu ada, tapi untuk wilayah Ponorogo saat ini belum ada penganggaran dari Kemenkes untuk pengadaan vaksin DBD, bagi masyarakat yang ingin vaksin bisa tetapi membayar sendiri karena belum ada pengadaan untuk saat ini, dan juga penyedia vaksin ini belum begitu banyak,” ungkap Triyana.
Triyana menghimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikan peningkatan kasus Demam Berdarah (DBD) di wilayah Ponorogo.
“Saya ingin mengetuk hati masyarakat, untuk mengendalikan demam berdarah ini bukan hanya tugas Dinkes tapi juga tugas bersama seluruh masyarakat untuk peduli bagaimana kita bisa mencegah dan mengendalikan penyakit demam berdarah ini. Salah satunya dengan cara tadi yaitu PSN dan juga 3M+, jika itu diterapkan kesemua wilayah akan lebih signifikan untuk mengendalikan dan juga mencegah penyakit DBD,” tegas Triyana. (rm)