Ponorogo – Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, telah diguyur hujan deras dalam dua hari terakhir, Minggu (22/10/2023) dan Senin (23/10/2023). Namun rupanya, hujan deras itu tidak berdampak terhadap kondisi kekeringan di Bumi Reog.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Masun, Selasa (24/10/2023) mengatakan, sampai hari ini hujan sudah turun, tapi masih dianggap sebagai masa transisi. Tidak ada dampak langsung terhadap kekeringan.
Dia menjelaskan, mengacu rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tanggal 8 Oktober 2023 lalu, tertulis dimungkinkan prakiraan hujan secara normal terjadi di Ponorogo pada pekan kedua bulan November 2023.
Masun mengatakan, jadi bakal sering hujan itu setelah pekan kedua bulan depan (November). Ia katakan bahwa sekarang masih dianggap masa transisi dan belum berdampak.
Oleh karena itu, kekeringan masih melanda sejumlah wilayah di Bumi Reog. Bahkan Masun mengaku ada perluasan daerah yang terdampak kekerigan. Yang terdampak yakni di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Desa yang terletak di perbatasan Ponorogo-Pacitan itu menambah daftar daerah yang mengalami kekeringan.
Ia melanjutkan, Di Dukuh Joso Desa Wates sekarang ada 2 RT. Semula hanya 35 KK yang krisis air bersih, sekarang menjadi 145 KK. Sehingga, kata dia, artinya hujan saat ini masih belum menambah sumber air.
BPBD Kabupaten Ponorogo pun masih melakukan dropping air secara rutin ke sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan.
Masun menyebut bahwa sekarang pihaknya melakukan dropping air di 12 dukuh pada 10 desa di 6 kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Bahkan ada pada 2019 lalu tidak mengalami kekeringan, sedangkan di tahun 2023 mengalami kekeringan.
Dan untuk intensitas dropping air yang dilakukan masih tetap sama, tergantung kebutuhan warga. Ada yang sepekan dua kali kami dropping, ada yang cuma sekali. (Nh/tribunjatim)