Pacitan – Kekeringan dan krisis air bersih dampak musim kemarau di wilayah Pacitan butuh perhatian serius. Sebab, debit air di sejumlah mata air yang biasa digunakan warga untuk mendapatkan air bersih kini kian menyusut. Bahkan, ada yang sudah mengering.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga bergantung pada bantuan atau harus mencari sumber air di desa lain. Bahkan, lokasinya hingga puluhan kilometer jauhnya. Sehingga, tak jarang jika ada pasokan air bersih, mereka pun rebutan.
Seperti di Desa Plumpungan, Kebonagung. Warga secara massal mendatangi pasokan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Kamis (31/8) malam. Mereka membawa jeriken dan ember. Antrean pun mengular.
Maryani, salah seorang warga setempat, mengungkapkan kekeringan Sudah dua bulan air mulai langka di desanya. Mata air mengering. Kalaupun ada, warga harus mengantre berjam-jam hingga larut malam untuk mendapat giliran mendapatkan air bersih.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Radite Suryo Anggono mengatakan BPBD Sementara ini membatasi penyaluran air bersih dikarenakan ada proses pemerataan. Setiap warga hanya mendapat jatah 15 liter per harinya.
Ia menyampaikan tentang Catatan BPBD, krisis air bersih meluas di enam wilayah kecamatan, Yakni : Donorojo, Punung, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, dan Bandar.Sekitar 5.067 jiwa atau 1.696 kepala keluarga (KK) terdampak Pada 29 dusun di 10 desa.Setiap hari BPBD melakukan dropping sekitar 12 kali.
Sementara itu, menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diperkirakan terjadi Agustus hingga November. BPBD pun tengah memproses level siaga kekeringan berdasarkan surat dan penilaian BMKG. (Yi/RadarMadiun)