Internasiomal – Harga minyak dunia naik pada hari Jumat namun tetap membukukan penurunan mingguan tertajam sejak bulan Maret. Pergerakan harga minyak dunia ini dipengaruhi pencabutan sebagian larangan ekspor bahan bakar Rusia, menambah kekhawatiran permintaan akibat hambatan makroekonomi.
Untuk minggu ini, Brent mencatat penurunan sekitar 11% dan WTI mencatat penurunan lebih dari 8%, di tengah kekhawatiran bahwa suku bunga yang terus-menerus tinggi akan memperlambat pertumbuhan global dan menekan permintaan bahan bakar, bahkan jika pasokan tertekan oleh Arab Saudi dan Rusia, yang mengatakan mereka akan melanjutkan pengurangan pasokan hingga akhir tahun.
Pertumbuhan lapangan kerja di AS meningkat sebesar 336.000 pada bulan September menurut statistik Departemen Tenaga Kerja, jauh melebihi perkiraan para ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000.
Sentimen statistik terhadap harga minyak beragam. Perekonomian AS yang kuat dapat mendukung sentimen permintaan minyak jangka pendek, namun sebaliknya statistik tersebut menghasilkan dolar AS yang lebih kuat dan meningkatkan pertaruhan terhadap kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023.
Penguatan dolar AS biasanya berdampak negatif terhadap permintaan minyak, sehingga membuat komoditas tersebut relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Rusia mengumumkan telah mencabut larangan ekspor solar untuk pasokan yang dikirim ke pelabuhan melalui pipa. Perusahaan masih harus menjual minimal 50% produksi solarnya ke pasar dalam negeri.
Selisih harga antara gas,oil dan Brent berjangka turun ke level terendah sejak Juli di USD 23,59 per barel, namun kemudian kembali naik ke USD 25,84.
Kekhawatiran terhadap kesehatan ekonomi global dan permintaan minyak ke depan adalah inti dari aksi jual.(Zm\Liputan6)