Ngawi – Upaya pencegahan stunting di Ngawi dikerjakan secara kompak oleh seluruh unsur masyarakat di Bumi Orek-Orek.
Kontribusi positif itu ditunjukkan oleh para mahasiswa dan dosen ini. Minggu (18/9) lalu, mereka menggelar kegiatan pelatihan membuat makanan pencegah stunting.
Ketua Pengabdian kepada Masyarakat (KPM) Aba Sandi Prayoga mengatakan Uniknya, makanan tersebut diolah dari hasil bumi yang mudah didapat di Ngawi.
Kegiatan ini digelar di rumah salah satu kader Posyandu Ngawi di Kepatihan, Ngawi.
Masyarakat diajari cara membuat menu makanan, dessert, camilan, hingga minuman yang bermanfaat mencegah stunting.
Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat dan Dinas Kesehatan Ngawi. Mereka merasa terbantu dengan kegiatan kreatif serta solutif terhadap penanganan stunting ini.
Aba menjelaskan Kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi antara STKIP Modern Ngawi dan Akademi Keperawatan. Pihaknya berkomitmen membantu Pemkab Ngawi menangani tingginya presentase prevelensi stunting yang mencapai 28,5 persen pada tahun 2022.
Salah satu menu makanan yang dinilai manjur mencegah stunting adalah nasi capcay. Bahannya hasil bumi seperti beras, wortel, sawi pak coy, dan bunga kol.
Ditambah daging dan bakso untuk menambah kelezatan, gizi serta protein untuk mencegah stunting.
Pada menu dessert, dosen dan mahasiswa memanfaatkan hasil bumi seperti mangga dan pisang untuk dijadikan Mango Smoothies.
Proses pembuatannya sederhana. Kedua bahan ditambah bahan berprotein lain seperti susu UHT. Menu ini juga bisa diolah menjadi pudding.
Pada menu makanan, melon bisa diolah untuk dijadikan jus melon susu. Ditambah susu UHT agar semakin bergizi dan disukai anak-anak.
Pada menu cemilan, dosen dan mahasiswa memanfaatkan kacang tanah untuk dijadikan sebagai kacang ting ting. Bahannya ditambah jahe dan gula aren sebagai pemanis alami yang bermanfaat baik bagi kesehatan tubuh.
Selain olahan hasil bumi di atas, masih terdapat hasil olahan bumi lain seperti alpukat yang dimanfaatkan sebagai jus.
Atau kacang kedelai yang bias diolah menjadi minuman sari kedelai.
Hamidatus Daris Sa Adah, anggota PKM, mengatakan bahwa kegiatan ini penting untuk menemukan formulasi makanan dan minyman yang tepat dan sehat. Hasil bumi di Ngawi bisa diolah menjadi menu yang enak, sehat, dan bergizi.
Sementara itu, Ketua PKM Aba Sandi Prayoga mengatakan Kegiatan Hibah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan mendukung penanganan stunting di Ngawi.
Hasil survey SSGI menunjukkan bahwa persentase anak yang mengalami stunting di Ngawi mencapai tertinggi ke-4 di Jawa Timur setelah Jember, Bondowoso, dan Situbondo.
Simbol “Lumbung Padi Nasional” serta kekayaan hasil bumi Ngawi dinilai kurang representatif dengan tingginya kasus stunting di daerah setempat.
Problem tingginya prevelensi stunting yang tidak relevan dengan hasil bumi yang kaya akan gizi mengindikasikan, perlu edukasi ke masyarakat untuk melakukan pencegahan stunting dengan memanfaatkan potensi hasil bumi yang ada di sekitar. (Yi/RadarMadiun)