Madiun – Musim kemarau panjang mempengaruhi komoditas harga cabai di pasaran. Di Pasar Besar Madiun (PMB) misalnya, harga cabai rawit tembus Rp 78 ribu per kilogram (kg). Besaran harga jual di Kota Madiun naik dua kali lipat harga acuan penjualan (HAP) cabai rawit sekitar Rp 40 ribu.
Analis Perdagangan Ahli Muda Dinas Perdagangan Kota Madiun, Tri Prasetyaningrum menjelaskan tidak hanya di Kota Madiun, harga cabai rawit di tingkat nasional sudah tembus di atas Rp 70 ribu per kilogram.
Kenaikan harga cabai rawit tersebut telah menjadi atensi pihaknya. Bahkan, Tri mengaku sudah melakukan monitoring dan evaluasi (monev) ke sejumlah pasar.
Tri menyebutkan, pihaknya sudah melakukan pemantauan dan benar ada kenaikan harga cabai rawit. Kenaikan bertahap sejak awal Oktober. ada empat distributor cabai rawit yang menyuplai cabai di PMB. Seluruhnya mengambil pasokan cabai rawit dari Kecamatan Pare, Kediri. Keempat distributor tersebut menyampaikan harga cabai rawit sudah tinggi di tingkat produsen. Sehingga, pihak distributor memilih mengurangi volume pasokan.
Menurutnya, naiknya harga cabai rawit itu dipengaruhi musim kemarau. Kondisi cuaca panas yang berlangsung hingga saat ini dianggap mempengaruhi produksi cabai rawit. Meski begitu, pihaknya mengklaim kenaikan harga cabai rawit di Kota Madiun belum menimbulkan gejolak di tingkat konsumen rumah tangga. Sebab, permintaannya tidak terlalu tinggi. Di sisi lain, sebagian masyarakat di Kota Madiun telah menerapkan dan memanfaatkan pekarangan pangan lestari (P2L).
Kendati demikian, Tri memperkirakan kenaikan harga cabai rawit tersebut tidak akan berlangsung lama. Karena diprediksi bulan depan sudah mulai hujan sehingga produksinya bisa kembali normal. Pihaknya berharap masyarakat di tingkat konsumen rumah tangga untuk memaksimalkan pemanfaatan P2L untuk memenuhi kebutuhan. (Yi/RadarMadiun)
