Tuban – Saat ini, komunitas memiliki pengaruh besar terhadap sebuah perubahan. Tak hanya bagi bisnis saja. Namun, juga memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan.
Seperti yang dilakukan oleh Tuban Creative Hub. Sejak tahun 2015, komunitas tersebut berdiri lantaran merasa miris terhadap kondisi Kabupaten Tuban. Salah satunya, yakni permasalahan sampah di Pantai Cemara.
Inisiator Tuban Creative Hub, Kemal Khoirur Rahman mengatakan suatu ketika saat melihat kondisi pantai penuh dengan sampah. Pihaknya ingin menyelesaikan permasalahan tersebut, sebelum merambah ke pemerataan ilmu dan life skill ekonomi kreatif. Dengan jumlah 13 orang, ia dan tim berusaha menyelesaikan permasalahan mengenai sampah itu.
Gerakan yang semula diinisiasi oleh Khoirur dan timnya, akhirnya diikuti oleh 43 komunitas lain yang berbeda. Anak-anak muda tersebut berbondong-bondong untuk membersihkan kondisi pantai.
Kondisi pantai sepanjang dua kilometer akhirnya bersih dalam waktu tiga bulan. Goal-nya tercapai, sampai akhirnya fokus pada problem poin kedua yaitu pemerataan ilmu, life skill tentang ekonomi kreatif layaknya ilmu-ilmu fotografi, videografi, seni rupa, seni pertunjukan kurang lebih ada 17 subsektor ekonomi kreatif yang ternyata masih belum merata di desa-desa.
Pelan tapi pasti, Tuban Creative Hub akhirnya berkolaborasi dengan pentahelix yang terdapat di kawasan tersebut.
Kemal menambahkan timnya diamanahi oleh Disbudparpora Kabupaten Tuban untuk mengerjakan Rencana Aksi Daerah (RAD) dan Renstra (Rencana Strategis) sekaligus. Dalam proses itu kami melakukan Urun Rembug Ekraf (Ekonomi Kreatif) 2022.
Ia berharap, ke depan bisa kolaborasi untuk mewujudkan Rencana Aksi Daerah (RAD) dan Renstra (Rencana Strategis) yang mengacu kepada Rencana Induk di Nasional maupun di Provinsi. (Fm/beritajatim)