Ponorogo – Festival layang-layang di Sirkuit Motor Cross, Kelurahan Kadipaten, Babadan yang digelar Minggu (17/9) lalu menyisakan trauma mendalam bagi DS.
Mata bocah tujuh tahun itu nyaris buta, tulang hidungnya patah dan harus menjalani operasi. Nasib nahas itu dialaminya lantaran terjerat benang layang-layang milik salah seorang peserta festival.
Luka di bagian wajah itu membuat bocah asal Desa Japan, Babadan, menangis sesenggukan menahan sakit di lokasi festival layang-layang.
Ayah korban Sumawan, syok ketika diberitahu anaknya dibawa ke rumah sakit terkena layangan.
Sumawan menceritakan, kejadian tersebut berawal saat dia dan anaknya melihat festival layang-layang. Anaknya sempat pamit beberapa saat untuk melihat layangan lain bersama teman-temannya.
Tak lama berselang, seseorang mengabarkan bahwa anaknya terjerat benang layang-layang dan harus dibawa ke rumah sakit.
Ia menjelaskan waktu itu sedang memarkirkan motor dan anaknya izin pergi mencari temannya. Kira-kira ada layangan yang oleng dan benangnya mengenai anaknya dibagian hidung dan mata.
Sumawan segera melarikan anaknya ke RSU Darmayu untuk mendapatkan perawatan. Dari pemeriksaan dokter, Sumawan mengatakan bahwa hidung anaknya patah.
Kondisi itu membuat bocah umur tujuh tahun itu harus dirujuk ke RSUD Dr. Harjono Ponorogo untuk menjalani operasi bedah. Operasi dilakukan setelah korban menjalani perawatan selama lima hari.
Sumawan menjelaskan operasi mulai 21.30-00.25. Ia sempat khawatir karena operasinya lebih lama dibanding pasien lainnya yang hanya satu jam.
Pasca operasi, kondisi hidung korban berangsur membaik. Namun, sampai kini anaknya mengeluhkan kesulitan untuk melihat.
Pupil mata kiri anaknya tergeser akibat tergores benang. Penanganan lebih lanjut dirujuk ke salah satu rumah sakit di Jogjakarta.
Kondisi kian memprihatinkan lantaran Sumawan terbentur masalah ekonomi. Ia mengaku kebingungan mencari biaya pengobatan untuk anaknya.
Meski ter-cover BPJS, ada beberapa obat maupun tindakan bedah yang perlu biaya mandiri. Sedangkan, Sumawan hanya mendapat uang kompensasi dari panitia sebesar Rp 1 juta.
Ia mengharapkan, masih ada iktikad baik lagi dari panitia untuk bantu pengobatan. (Yi/RadarMadiun)