HomeLifestyleHunian Mikro, Hidup Praktis: Cerita Para Perantau Indonesia di Jepang.

Hunian Mikro, Hidup Praktis: Cerita Para Perantau Indonesia di Jepang.

Date:

Lifestyle – Di tengah hiruk-pikuk kota Fukagawa, Hokkaido, Jepang, Septian Zebua, seorang perantau asal Serang, Banten, menetap di sebuah hunian mungil berukuran 4 x 3 meter. Apartemen tipe studio yang ia sewa berada di lantai tiga dan menjadi tempatnya menjalani seluruh aktivitas harian—dari tidur, memasak, hingga menerima tamu. Hanya kamar mandi yang terpisah.

Konsep rumah mikro seperti yang ditempati Septian tengah jadi perbincangan hangat di Indonesia. Pasalnya, desain serupa direncanakan akan diterapkan dalam program rumah bersubsidi, namun menuai kritik karena dinilai tidak memaksimalkan fungsi ruang.

Di Jepang, rumah berukuran kecil bukan hal baru. Hunian ini dirancang dengan cermat agar tetap layak dan nyaman, walaupun sempit. Septian sendiri mengakui, awalnya ia merasa kurang nyaman karena ruang terbatas sempat memengaruhi kondisi psikologisnya. Namun, ia terbantu karena lokasi apartemen sangat dekat dengan tempat kerjanya, hanya sekitar 700 meter dari panti jompo tempat ia bekerja sebagai perawat.

Menurut Septian, tipe hunian ini paling cocok bagi mereka yang masih lajang. Jika kelak membangun keluarga, ia berencana mencari tempat tinggal yang lebih luas dan memiliki ruangan terpisah.

Cerita serupa juga datang dari Dendy Lisna Wansyah, mahasiswa asal Bengkulu yang menempuh studi pascasarjana di Kobe. Ia tinggal di apartemen seluas 17 meter persegi. Dalam unit kecil itu, hampir semua fungsi ruang digabung: kamar tidur, ruang tengah, dan dapur menyatu. Hanya kamar mandi yang dibuat terpisah dengan ukuran minimal.

Dendy mengakui sempat mengalami gegar budaya karena terbiasa tinggal di rumah besar bersama keluarga. Namun, seiring waktu, ia mulai merasa nyaman. Ia juga menyadari bahwa masyarakat Jepang cenderung menjaga privasi dan jarang menerima tamu di rumah. “Saya mulai terbiasa. Sekarang malah merasa betah,” ungkapnya.

Sementara itu, Daniel Martua, mahasiswa asal Jakarta yang tinggal di Sendai, Miyagi, juga berbagi pengalaman serupa. Apartemen tempat tinggalnya berukuran 22 meter persegi, cukup untuk dirinya sendiri. Pemerintah setempat cukup ketat dalam mengawasi jumlah penghuni. Jika penghuni bertambah tanpa izin, bisa dikenakan sanksi.

Daniel menilai, rumah mikro seperti ini memang tidak cocok untuk keluarga, tetapi cukup ideal untuk mahasiswa atau pekerja lajang. Lokasinya yang strategis, harga sewa yang masih terjangkau, dan efisiensi ruang menjadi nilai lebih.

Meski berukuran kecil, hunian mikro di Jepang mampu memberikan kenyamanan, selama dirancang dengan baik dan sesuai kebutuhan penghuninya. Pengalaman para WNI menunjukkan bahwa adaptasi dan perencanaan ruang menjadi kunci utama untuk tetap nyaman di tempat tinggal yang mungil. (hmr)

Sumber: Tempo.co, “Tetap Nyaman di Rumah Mini: Pengalaman WNI Tinggal di Jepang” (2 Juli 2025).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × 5 =

Share post:

#TERPOPULER

#TERKAIT

Ponorogo Tutup Porprov Jatim 2025 dengan Capaian 38 Medali.

PONOROGO - Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur...

Sering Lembur? Redakan Mata Lelah dengan 7 Buah Sehat Ini.

Lifestyle – Bekerja seharian di depan layar komputer atau...

Pemerintah Rencanakan Elpiji 3 Kg Satu Harga di Seluruh Indonesia Mulai 2026.

NASIONAL - Dilansir dari Kompas.com, Kementerian Energi dan Sumber...

Bayi 2 Tahun di Ngawi Meninggal Usai Tenggak Pertalite.

Ngawi - Dilansir dari detik.com, seorang bayi berusia 2...