Ponorogo – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo berencana melakukan revitalisasi besar-besaran pada Masjid Hasan Besari Tegalsari, destinasi wisata religi unggulan di wilayah tersebut. Proyek kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas bagi peziarah, termasuk pembangunan terminal wisata di area eks Pasar Sapi yang akan direlokasi ke lahan milik Pemda di selatan perempatan Jetis, dekat Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R).
Namun, rencana ini menuai kritik dari kalangan pemerhati budaya dan sejarah. Sawir Wirastho, zuriah (keturunan) Kyai Ageng Muhammad Besari sekaligus pemerhati budaya Ponorogo, menyatakan keprihatinannya atas alih fungsi Pasar Sapi yang dinilai memiliki nilai sejarah tinggi.
“Pasar hewan di Tegalsari dan Jetis sudah dianggap sebagai warisan budaya sejak sebelum era Eyang Kyai Ageng Muhammad Besari. Jika hanya untuk kepentingan parkir kendaraan wisata religi, lalu pasar dihilangkan, itu sangat disayangkan,” ujar Sawir dalam wawancara Sabtu (7/6/2025).
Ia menekankan perlunya kajian akademik dan pertimbangan aspek warisan budaya sebelum eksekusi proyek. Menurutnya, Pasar Sapi bukan sekadar tempat jual-beli hewan, melainkan bagian dari sejarah peradaban Ponorogo, termasuk penyebaran Islam dan ekonomi masyarakat berbasis ternak.
“Kenapa tidak dicarikan alternatif lain? Nanti kita akan menyesal jika warisan sejarah dialihfungsikan hanya untuk kepentingan satu sektor,” tambahnya.
Sawir juga mempertanyakan dampak relokasi terhadap kehidupan pedagang tradisional dan penjagal yang telah lama bergantung pada pasar tersebut. Ia berharap Pemkab melakukan kajian ulang menyeluruh sebelum memutuskan kebijakan.
“Harapannya Jangan sampai kepentingan jangka pendek menghilangkan memori sejarah Ponorogo yang jauh lebih besar,” tegasnya.
(hmr)