Ponorogo – Makam Kiai Ageng Muhammad Besari di Tegalsari, Ponorogo, selalu menjadi pusat perhatian di bulan suci Ramadhan. Terutama pada malam-malam ganjil, ribuan jamaah dari berbagai daerah datang untuk beribadah dan beriktikaf demi menggapai malam Lailatul Qadar.
Kunto Pramono (65), generasi ke-8 dari Kiai Ageng Muhammad Besari, mengungkapkan bahwa pada malam-malam ganjil, terutama malam ke-27 Ramadhan, kawasan makam dipenuhi jamaah yang yakin akan datangnya Lailatul Qadar.
“Nah untuk bulan suci Ramadhan sendiri, insya Allah, khususnya di malam ganjil, banyak jamaah yang datang untuk menggapai Lailatul Qadar. Apalagi mereka yang yakin haqqul yakin, biasanya memadati area makam terutama di malam 27 Ramadhan,” ujar Kunto Pramono saat wawancara pada (04/03/2025).
Ia menambahkan bahwa jamaah yang hadir bisa mencapai puluhan ribu orang. Masjid yang berada di sekitar makam sering kali tidak mampu menampung jumlah jamaah yang datang, sehingga mereka harus melaksanakan ibadah hingga ke area tegalan, halaman, dan bahkan jalan-jalan di sekitar kompleks makam.
“Bahkan jamaah yang ada di Tegalsari itu jumlahnya puluhan ribu. Masjid tidak muat, sampai ke tegalan, halaman, dan jalan-jalan ini penuh semuanya,” jelasnya.
Banyaknya jamaah yang datang ke makam ini disebabkan oleh keinginan mereka untuk menjalankan ibadah shalat malam atau shalatulail serta melakukan iktikaf. Ibadah ini dilakukan untuk mendapatkan keberkahan dan berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar yang diyakini lebih baik dari seribu bulan.
“Karena untuk menjalankan shalatulail atau yang namanya iktikaf. Iktikaf untuk menggapai yang namanya Lailatul Qadar,” tutup Kunto Pramono.
Tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan menjadi salah satu daya tarik spiritual bagi umat Islam di berbagai daerah. Tidak hanya sebagai tempat berziarah, makam Kiai Ageng Muhammad Besari juga menjadi pusat ibadah yang sarat akan nilai-nilai keagamaan, terutama di bulan Ramadhan. (hmr)