Ponorogo – Pedagang pakaian di Pasar Legi Ponorogo mengeluhkan penurunan penjualan yang signifikan. Menurut mereka, sepi pengunjung dan meningkatnya popularitas toko online menjadi penyebab utama.
Hal itu berimbas pada omzet penjualan milik salah satu pedagang pakaian yang mengalami penurunan 50% lebih. Sumini, ia berjualan di pasar Legi Ponorogo sejak sebelum pasar legi direnovasi ulang.
Menurut Sumini, penjualan mulai menurun drastis sejak awal pandemi COVID-19. “Dari pas awal-awal COVID-19 itu penjualan udah mulai turun lebih 50% itu bener-bener sepi pembeli,” ucapnya.
“Karena waktu itu ada lock down juga, jadi pengunjung pasar juga sepi, terus pembeli beralih ke toko online,” tambahnya.
Sumini menjelaskan, harga pakaian yang dijual secara online lebih murah dibandingkan dengan yang ada di pasar, hal ini yang membuat penjualan menurun. Dirinya juga menambahkan tidak bisa bersaing karena keterbatasan kemampuan digital.
Sumini menambahkan bahwa keterbatasan kemampuan digital menjadi hambatan bagi pedagang tradisional untuk bersaing. “Dulu pernah coba bikin toko online dibantu anak saya, tapi karena punya saya baru, peminatnya sedikit, terus juga harganya kalah saing sama toko yang sudah gede,” jelasnya.
Saat ini, pembeli di kiosnya rata-rata merupakan langganannya, tapi menurutnya itu pun sudah mulai berkurang. “Biasanya kalo sekarang-sekarang ini ya yang udah langganan yang beli, tapi itu juga udah mulai berkurang,” tegasnya.
Sumini berharap pemerintah mengatur harga penjualan online agar tidak mematikan usaha offline. “Pemerintah perlu mengawasi harga online agar tidak merugikan pedagang kecil,” ucapnya. (rm/jurnalissonggolanggit)