Madiun – Masyarakat Kabupaten Madiun harus berhati-hati menghadapi musim pancaroba, peralihan kemarau ke musim hujan. Tidak hanya menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat, tapi juga mewaspadai sejumlah bencana hidrometeorologi yang mengintai wilayah Madiun.
Kapoksi Stasiun Geofisika III BMKG Nganjuk Tekad Sumardi mengatakan Bencana hidrometeorologi itu seperti banjir, tanah longsor, serta puting beliung, rawan di Madiun.
Menurutnya, dampak kemarau panjang karena pengaruh El Nino membuat intensitas hujan di Kabupaten Madiun pada November masih sedikit. Tingginya intensitas hujan diprediksi terjadi pada Desember dan Januari mendatang. Sedangkan puncak musim penghujan di Bumi Kampung Pesilat kemungkinan berlangsung di Februari dan Maret. Ada sejumlah wilayah yang perlu diwaspadai untuk intensitas hujan tinggi pada akhir November ini.
Sejumlah wilayah itu terdiri dari Kecamatan Jiwan, Balerejo, Saradan dan kawasan Ibu Kota Caruban. Pemkab dan masyarakat juga diingatkan bencana hidrometeorologi yang siap mengintai wilayah tersebut. Di sisi lain, Tekad juga mengingatkan masyarakat bencana tanah longsor yang juga wajib diwaspadai. Menurutnya, kemarau panjang berdampak pada rusaknya struktur tanah. Tanah menjadi lebih lembut, kemudian akar-akar pohon pendek banyak yang mati akibat kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau.
Ia menghimbau untuk diperhatikan lingkungan yang ada retakan-retakan tanah, sekiranya ada rumah atau perkampungan di bawahnya, maka itu perlu diwaspadai karena bisa terjadi longsor.
Dia juga meminta warga di wilayah Wonoasri dan Caruban untuk mewaspadai angin puting beliung. Sebab kedua wilayah tersebut secara geograsif berada di dataran rendah yang rata dan di lembah yang dekat dengan gunung.
Ia menjelaskan Bencana hidrometeorologi diprediksi mulai terjadi Desember seperti banjir dan tanah longsor, kalau puting beliung itu November ini karena efek musim peralihan atau pancaroba. (Yi/RadarMadiun)