Blitar – Sebanyak delapan desa di Kabupaten Blitar belum terjangkau internet. Ini berdasarkan data Dinas Komunikasi, Statistik, dan Persandian (Diskofotiksan) Kabupaten Blitar.
Desa-desa yang belum terjangkau internet tersebut mayoritas adalah daerah pedalaman di lereng pegunungan. Lokasi pegunungan menjadi tantangan provider dan Pemerintah Kabupaten Blitar untuk menyediakan layanan teknologi informasi ini.
Kepala Diskofotiksan Kabupaten Blitar, Herman Widodo mengatakan, daerah yang tidak dijangkau internet atau blank spot itu tersebar di beberapa kecamatan. Paling banyak berada di wilayah Blitar Selatan, yang lokasinya merupakan pegunungan.
Desa yang belum terjangkau internet itu meliputi Serang, Kaligrenjeng, dan Panggungrejo di Kecamatan Panggungrejo. Juga Desa Kaulon di Kecamatan Sutojayan, Desa Balerejo di Kecamatan Wlingi, dan Desa Ngadipuro serta Tambakrejo di Kecamatan Wonotirto.
Herman mengatakan ada delapan titik blank spot di Kabupaten Blitar. Namun, berdasarkan realita yang ada dan survei dari bidang persandian, memang ada lebih dari jumlah itu yang masih blank spot, Senin (6/11/2023).
Diskofotiksan Kabupaten Blitar sebenarnya terus berusaha agar seluruh desa bisa terjangkau internet. Upaya perbaikan sinyal pun terus dikoordinasikan oleh pihak provider.
Hasilnya, tahun ini terdapat tiga desa yang telah mendapatkan akses jaringan internet. Yakni Desa Serang di Kecamatan Panggungrejo, Desa Kaulon di Kecamatan Suyojayan dan Desa Balerejo di Kecamatan Wlingi.
Tiga desa yang telah tersedia akses internet tahun ini memang dilakukan upaya peningkatan kualitas internet dari tower base transceiver station (BTS) terdekat. Tentu bekerja sama dengan provider pemilik tower BTS di dekat lokasi blank spot.
Sementara itu, Kabid Persandian dan Keamanan Diskofotiksan Heli Ratnawati menjelaskan, untuk penanganan daerah blank spot yang masih tersisa telah dilakukan dengan salah satu provider. Kemenkominfo memang mendorong provider untuk menangani masalah blank spot di daerah.
Heli mengatakan delapan titik blank spot ini memang kondisi daerahnya naik turun bukit. Itu yang mempengaruhi sinyal atau akses internet sulit sampai daerah itu. Seperti yang ada di Desa Serang dan Kaligrenjeng, Kecamatan Panggungrejo. Memang harus disurvei terlebih dahulu.
Diskofotiksan juga tidak menampik desa-desa yang masih blank spot ini memang sulit dilirik oleh provider. Lantaran untuk membuat tower BTS dan mengoptimalkan jaringan internet juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Heli mengatakan dengan adanya Jalur Lintas Selatan (JLS), berharapan bisa membuka peluang bisnis bagi provider. Pihaknya juga terus menyampaikan kepada provider agar dapat tertarik untuk mengembangkan atau membangun BTS di daerah Blitar Selatan.(Rq/beritajatim)