Malang – Pasca insiden kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat suar prewedding pada 6-18 September, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) butuh waktu untuk mengembalikan okupansi atau tingkat kedatangan wisatawan ke kawasan Gunung Bromo, Jatim kembali normal.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan di kawasan Gunung Bromo belum pulih. Dia mengatakan, tingkat kedatangan wisatawan dalam kurun waktu sebulan terakhir berkisar 40-60 persen dari total kuota yang disiapkan.
Menurut hitungan Septi, pada akhir pekan, jumlah kunjungan wisatawan di kawasan Gunung Bromo cenderung lebih banyak. Tapi untuk hari biasa masih belum seperti biasanya. Hanya saja, ia tidak merinci berapa banyak kunjungan tersebut.
Ia menyebutkan saat ini area yang sebelumnya terdampak kebakaran, khususnya di wilayah savana, mulai ditumbuhi vegetasi. Namun, untuk vegetasi seperti pohon endemik, membutuhkan waktu lebih panjang dan langkah penanaman kembali.
Septi menambahkan, kondisi savana pasca kebakaran sudah mulai ditumbuhi tunas, sudah mulai kelihatan hijau. Namun beberapa jenis pohon, seperti cemara gunung, dan lainnya, mungkin membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 3-5 tahun.
Bagi pengunjung, termasuk pelaku jasa wisata yang akan beraktivitas di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, di himbau untuk mematuhi seluruh prosedur termasuk aturan yang berlaku seiring status waspada kebakaran hutan.
Sementara bagi masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan lain, seperti pengambilan foto untuk prewedding dan penelitian, diminta untuk mengurus surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi).
Balai Besar TNBTS mencatat, nilai kerugian akibat karhutla yang dipicu penggunaan suar mencapai Rp8,3 miliar dengan total area terdampak seluas 989 hektare. Akibat kebakaran itu, kawasan tersebut ditutup pada 6-18 September 2023 dan baru dibuka kembali pada 19 September. (Mu/radartuban)