Jatim – Musim kemarau di wilayah Madiun Raya diprediksi berakhir pada Oktober mendatang. Meski begitu, curah hujan masih relatif rendah. Mulai awal hingga pertengahan bulan diperkirakan hanya ada gerimis tipis. Intensitas hujan di bulan depan juga diprediksi jarang.
Kepala Kelompok Operasi (Kapoksi) BMKG Nganjuk mengungkapkan Curah hujan masih di bawah rata-rata musim penghujan, saat ini masih memasuki puncak musim kemarau. Suhu rata-rata 34 derajat celsius layaknya daerah tropis umumnya, Bedanya, diikuti angin kencang lantaran memasuki musim peralihan.
Dalam kondisi seperti ini, potensi bencana kekeringan dan kebakaran tinggi. Baik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) atau pemukiman.Itu dibuktikan dengan banyaknya kejadian kebakaran di berbagai daerah.
Dia menyebut, terjadi kemarau panjang akibat siklus el nino. Yakni, fenomena suhu permukaan laut di sisi timur Samudera Pasifik yang tinggi. Selain musim kemarau panjang, jumlah hari tanpa hujan pun lebih banyak.
Prediksi BKMG tersebut tentu jadi kabar baik. Pasalnya saat ini, sejumlah wilayah di Madiun rawan kekeringan. Itu ditandai penyusutan volume air Waduk Dawuhan. Adapun penyusutan volume air Waduk Dawuhan sudah dirasakan petani sejak Juni.
Tamsi seorang petani mengatakan Debit air yang terus menurun membuat irigasi sawah kurang maksimal Khawatir sawahnya kurang air. Waswas kalau sampai gagal panen.
Ia menambahkan Mau tidak mau, petani lantas ngotot menanam padi dan nekat menggunakan bantuan pompa air atau disel. Alternatifnya sekarang ini harus pakai disel untuk mengairi sawah, terpaksa tambah pengeluaran lagi.(Yi/RadarMadiun)