Pacitan – Sebagian petani jahe di Desa Jatigunung, Tulakan, Pacitan, kurang bahagia dengan panennya. Sebab, panen tahun ini tidak memberikan hasil lantaran harga jual jahe anjlok. Per kilogram hanya laku di bawah Rp 4.000. Bahkan, sudah dua tahun terakhir harga tidak berpihak kepada petani jahe.
Sehingga, banyak petani yang mengeluh karena menanggung rugi. Tak jarang, terlilit utang bank akibat rugi pembibitan. Ruslan mengatakan Pertama kali setelah Covid-19, harga jahe turun drastis dari Rp 30 ribu menjadi Rp 8.000. Setelah itu turun lagi Rp 5.000. Sekarang tidak sampai Rp 4.000 Sabtu (9/9/23).
Ruslan mengatakan banyak petani yang enggan memanen jahenya karena harganya sangat murah. Jika ada yang memanen hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Paling tidak Rp 15 ribu per kilogram. Kalau tidak mencapai harga itu makin banyak kerugian. Apalagi, modalnya juga pinjam.
Ruslan menambahkan, pertama kali menanam jahe saat harganya Rp 25 ribu per kilogram. Tetapi ketika panen, harganya anjok. Padahal sekarang ini biaya perawatannya mahal, tetapi harga jual murah. Kasihan petani kalau seperti ini terus.
Ruslan berharap, pihak terkait bisa mengawal harga jahe agar bisa lebih mahal. Sehingga, petani bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari hasil ladangnya. Kalau harganya anjlok mau bagaimana lagi. Para petani hanya bisa berharap pemerintah bisa mendiskusikan harga jahe agar lebih mahal dan petani tidak rugi. (Rq/radarnadiun)