Ponorogo – Kemarau panjang yang saat ini melanda wilayah Ponorogo, Jawa Timur, telah mengakibatkan krisis air bersih yang semakin meluas.
Sekitar 800 jiwa di dukuh Dukuh Dungus, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo telah mengalami krisis air bersih selama satu bulan terakhir.
Selain sungai yang mengering dan air sumur yang berwarna keruh, saluran air dari PDAM yang selama ini digunakan untuk kebutuhan minum, memasak, hingga mandi juga sudah tidak mengalir lagi selama satu bulan terakhir.
Akibatnya, warga kini terpaksa membeli air galon isi ulang seharga Rp5.000 untuk kebutuhan minum dan memasak, yang habis dalam sehari.
Untuk mandi dan mencuci, warga harus menggunakan sepeda motor untuk mencari sumber air, baik di sawah maupun di hutan yang masih mengeluarkan air.
Ida Asmawati, salah satu warga yang terdampak krisis air bersih, mengatakan semua kesulitan air. Rata-rata sumur sudah nggak ada airnya. Kalau ada pun ini keruh, Kamis (5/10/23)
Suparti, warga lainnya yang juga terdampak, menjelaskan sehari-hari, ke hutan ke sawah ya cari-cari sumber-sumber yang ada itu, tapi ya kadang-kadang nggak menemukan gitu. Terus solusinya untuk minum masak kadang beli isi ulang dengan harga satu galon, Rp5.000.
Terdampaknya warga Karangpatihan langsung membuat Aparat Kepolisian Sektor Pulung turun tangan. petugas melakukan dropping air bersih menggunakan dua tangki berisi 16.000 liter air bersih yang diperuntukkan untuk 267 KK yang tersebar di 9 RT.
AKP Mujiono, Kapolsek Pulung, menyatakan sesuai dengan keterangan pak kamituwo ada 267 KK yang sangat merasakan dampak dari pada musim kemarau yang panjang ini.
Rencananya, dropping seperti ini akan terus dilakukan oleh Polsek Pulung di daerah-daerah rawan terdampak krisis air bersih, terutama di Kecamatan Pulung yang merupakan daerah pegunungan yang rawan mengalami krisis air bersih pada musim kemarau panjang seperti saat ini.(Rq/suaraponorogo)