Ponorogo – Bakal menjadi sentra budidaya tanaman melon. Panen raya kini berlangsung di Desa Grogol Kecamatan Sawoo dengan hamparan sawah seluas 20 hektare yang ditanami buah dengan nama ilmiah Cucumis melo L. itu. Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo mendata terdapat sekitar 130 hektare lahan tanaman melon yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bersama Wakil Bupati Lisdyarita ikut dalam panen raya melon di Desa Grogol, Selasa (26/9/2023). Para petani sengaja memilih bibit varietas Pertiwi untuk menjamin kuantitas dan kualitas hasil panen.
Kang Giri, sapaan Bupati Ponorogo mengatakan, problem yang muncul bersamaan panen raya adalah fluktuasi harga dampak persaingan pasar.
Menurut Kang Giri, butuh peran off taker atau pengumpul hasil produksi yang menjamin harga komoditas panen tidak jatuh di tangan petani. Para petani melon di Ponorogo selama ini menjual hasil panen mereka untuk mencukupi kebutuhan pasar lokal dan mengirimnya ke Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta. Pihaknya akan berupaya hadir untuk ikut mengatasi kesulitan yang dialami para petani.
Kalkulasi agrobisnis melon sejatinya menjanjikan keuntungan yang cukup menggiurkan. Proyeksi hasil panen per hektare sekitar 15 ton dengan biaya produksi sebesar Rp 60 juta. Harga jual melon di pasaran yang akan menentukan petani untung atau rugi.
Kang Giri juga mendengar curhatan para petani yang mengungkapkan kesulitan air pada musim kemarau. Pemkab Ponorogo sebenarnya sudah membangun 115 sumur dalam dari target 250 sumur dalam pada 2024 mendatang bersamaan penyediaan jaringan irigasinya. Pihaknya juga akan launching program listrik masuk sawah untuk memudahkan pengairan. (Mu/png)